Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Akhmad Sahal Kritik Pembajak “Hijrah”

Akhmad Sahal Kritik Pembajak “Hijrah”

Written By Unknown on Minggu, 12 Agustus 2018 | Agustus 12, 2018


Akhmad Sahal (kiri) saat menyampaikan materi moderasi Islam di Kopdar Santrinet Kemenag RI, Sabtu (11/07/2018).DutaIslam.Com – Pergeseran wacana keislaman sekarang ini ditandai, -salah satunya,- adalah dengan munculnya dominasi praktik seorang muslim yang lebih dekat dengan wacana berbalut life style daripada politik kekuasaan.

Itulah yang menurut intelektual muda NU, Akhmad Sahal, disebut sebagai post islamisme, “lanjutan dari cara berislam yang berlebih,” terangnya dalam diskusi Kopdar Santrinet Nusantara bertema “Peran Media Sosial Santri/Pesantren dalam Membangun Moderasi Islam”, yang digelar di Hotel Artotel di Jakarta, Sabtu (11/08/2018).

Islam sebagai pandangan hidup, dalam kacamata post islamisme ini justru mengalami egoisme beragama hingga cenderung menyalahkan praktik berislam dari kalangan lain,

“Mereka membajak istilah-istilah Islam sesuai pengertian mereka sendiri. Hijrah siapa sih yang tidak setuju. Tapi sepertinya definisi hijrah dikuasai mereka,” terang Akhmad Sahal yang juga menyebut cara berislam egois itu sebagai tantangan dakwah santri zaman now.

Contoh lain cara berislam pop adalah menyoal nasionalisme, yang acap dipertanyakan kalangan minhum (sebelah) hanya karena dianggap tidak ada dalilnya, laiknya propaganda Felix Siauw dkk di media sosial.

Mereka itu tidak tahu dalil tapi cepat sekali mengeluarkan vonis ngawur, “ibahah (hukum boleh) kan tidak butuh dalil, asal tidak ada yang melarang, cukup,” jelas Akhmad Sahal menjawab soal nasionalisme tiada dalil.

Atas dasar itulah, Sahal menyatakan pentingnya moderasi Islam (wasathiyah) sebagai cara beragama yang substansial, sebagaimana dikembangkan NU dan Muhammadiyah.

Baginya, meteri-materi (maaddah) cara berislam pesantren itu sangat kaya dan lengkap. Problemnya ada pada aspek kaifiyah, wasilah atau metode penyampaiannya.

“Bagaimana menyampaikan moderasi Islam ini hingga sampai ke ceruk kalangan lain di luar NU, ini tantangan kalian,” papar Sahal kepada ratusan peserta dari aktivis media sosial dari pelbagai daerah dalam rangkaian kegiatan Hari Santri 2018 tersebut.

(Duta-Islam/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: